JAKARTA – Persaingan antara dua emiten besar di sektor energi panas bumi, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), tengah menjadi sorotan utama pelaku pasar. Meskipun sama-sama bergerak di sektor strategis energi hijau, pergerakan harga saham dan kinerja fundamental keduanya menunjukkan arah yang berlawanan.Dalam beberapa pekan terakhir, saham PGEO mencatatkan lonjakan harga yang sangat signifikan. Dari level terendahnya di Rp765 per saham pada 8 April 2025, saham PGEO sempat menyentuh Rp1.400 dalam perdagangan intraday hari Selasa, 20 Mei 2025, sebelum akhirnya ditutup di level Rp1.300 per saham. Kenaikan ini mencerminkan lonjakan lebih dari 83% hanya dalam waktu sekitar enam minggu.Sementara itu, saham BREN hanya naik 58,82%, dari Rp4.250 pada 9 April menjadi Rp6.750. Meski mencatatkan kenaikan, performa BREN masih tertinggal jauh dari PGEO dalam hal kecepatan dan besaran penguatan harga dalam periode yang sama.<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/penurunan-potongan-ojol-bisa-berdampak-ke-konsumen-pemerintah-harus-berbenah">Penurunan Potongan Ojol Bisa Berdampak ke Konsumen, Pemerintah Harus Berbenah</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/harga-bitcoin-dekati-rekor-tertinggi-transaksi-kripto-di-ri-melonjak-hingga-rp-32-7-triliun">Harga Bitcoin Dekati Rekor Tertinggi, Transaksi Kripto di RI Melonjak hingga Rp32,7 Triliun</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/suami-najwa-shihab-ibrahim-assegaf-meninggal-dunia-berikut-profilnya">Suami Najwa Shihab, Ibrahim Assegaf, Meninggal Dunia, Berikut Profilnya!</a></li></ul>Jika dilihat dari kinerja sepanjang tahun berjalan, kontras antara keduanya semakin jelas. Saham PGEO tumbuh 46,81% sejak awal tahun 2025. Sebaliknya, BREN justru mengalami penurunan sebesar 29%. Dalam periode satu tahun terakhir, saham PGEO masih mencatat kenaikan sebesar 9%, sedangkan BREN terkoreksi tajam hingga 38%.Kenaikan tajam saham PGEO terjadi di tengah sorotan global terhadap energi bersih, terutama panas bumi. Indonesia sendiri merupakan negara dengan cadangan panas bumi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat.&nbsp;Namun pemanfaatannya masih tergolong rendah. Dari total potensi lebih dari 23.000 megawatt, kapasitas terpasang baru mencapai sekitar 2.400 megawatt. Dalam konteks inilah, baik PGEO maupun BREN menempati posisi strategis sebagai lokomotif pengembangan energi panas bumi nasional yang terintegrasi dalam agenda transisi energi dan target emisi nol bersih Indonesia.Meski berada dalam industri yang sama, PGEO dan BREN memiliki karakter perusahaan yang berbeda. PGEO merupakan anak usaha dari PT Pertamina (Persero), perusahaan energi milik negara. Struktur ini menjadikan PGEO bagian dari agenda energi nasional dan cenderung memiliki akses terhadap proyek strategis pemerintah.&nbsp;Di sisi lain, BREN adalah bagian dari Barito Pacific Group yang dikendalikan konglomerat Prajogo Pangestu. Dengan struktur korporasi yang lebih ramping dan terkonsentrasi, BREN dikenal agresif dalam ekspansi dan akuisisi.Namun demikian, kinerja keuangan kedua perusahaan memberikan gambaran yang berbeda. PGEO mencatatkan penurunan pendapatan dari US$103,31 juta pada kuartal I-2024 menjadi US$101,50 juta pada kuartal I-2025. Laba bersihnya juga menyusut signifikan dari US$47,49 juta menjadi US$31,35 juta.&nbsp;Di sisi lain, emiten bersandikan BREN justru membukukan peningkatan pendapatan dari US$145,41 juta menjadi US$150,47 juta, serta pertumbuhan laba bersih dari US$37,14 juta menjadi US$42,40 juta, atau naik 14,16 persen.Perbedaan ini menunjukkan adanya ketimpangan antara performa pasar dan kondisi fundamental. Saham PGEO terus melaju, meskipun kinerjanya belum lebih baik dari BREN. Salah satu faktor pendorong optimisme terhadap PGEO adalah proyeksi peningkatan produksi pada tahun ini.&nbsp;Ronald Andre Hutagalung, Manager Investor Relations PGEO, menyampaikan bahwa volume produksi pada 2024 meningkat dua persen menjadi 4.817 GWh. Untuk 2025, PGEO menargetkan kenaikan lebih lanjut menjadi 4.930 GWh, seiring dengan penambahan kapasitas 55 MW dari proyek Lumut Balai Unit 3.Optimisme pasar terhadap ekspansi tersebut tampaknya menjadi faktor utama di balik penguatan harga saham PGEO. Sementara BREN, meskipun mencatatkan pertumbuhan kinerja yang lebih solid, belum mendapatkan respons positif dari pasar dalam bentuk penguatan harga saham. Hal ini mencerminkan bagaimana narasi pertumbuhan dan ekspektasi jangka panjang bisa memainkan peran penting dalam membentuk persepsi investor.Dengan situasi seperti ini, pertanyaan besar pun muncul: siapa sebenarnya pemimpin sejati di sektor panas bumi Indonesia? PGEO mungkin unggul dari sisi sentimen pasar dan ekspektasi ekspansi, sementara BREN menunjukkan kekuatan dari sisi operasional dan profitabilitas.&nbsp;

Kawasan Pembangkit Listrik Panas Bumi PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO).

85934-pge (1).jpg

Saham PGEO tumbuh 46,81% sejak awal tahun 2025. Sebaliknya, BREN justru mengalami penurunan sebesar 29%. 

PGEO vs BREN: Siapa Pemimpin Sejati Energi Panas Bumi Indonesia?

Korporasi